Gunung Marapi Sumatera Barat Menggeliat
Petani organik di kaki Gunung Marapi memilih turun. Mereka tak tahan bau belerang.
Rabu, 3 Agustus 2011, 11:29 WIB
Elin Yunita Kristanti Abu juga menutupi wilayah pertanian organik yang berjarak beberapa kilometer dari Marapi. "Ketebalan sampai 1 centimeter. Banyak kubis tertutup abu, hingga kini hujan abu masih terjadi," kata petani organik di kaki Marapi, Heri Davrizal Sutan Marajo kepada VIVAnews, Rabu 3 Agustus 2011.
Dia menambahkan, petani di wilayah Kotobaru Aie Angek banyak yang turun gunung. "Karena tidak tahan bau belerang," tambah dia.
Apakah terasa ada dentuman yang diakibatkan aktivitas gunung? "Kami tidak terlalu merasakan, yang terasa bau belerang sama hujan abu," tambah dia.
Untuk diketahui, meski tak seaktif Merapi di Pulau Jawa -- yang namanya mirip -- Marapi telah meletus 50 kali sejak akhir abad ke-18.
Pada tanggal 8 September 1830 dilaporkan Gunung Marapi mengeluarkan awan yang berbentuk kembang kol abu-abu kehitaman dengan ketebalan 1.500 m di atas kawahnya, disertai dengan suara gemuruh.
Sementara, pada tanggal 30 April 1979, menurut laporan pers disebutkan 60 orang tewas akibat letusan Gunung Marapi dan disebutkan juga 19 orang pekerja penyelamat terperangkap oleh tanah longsor. Letusan tersebut dikatakan juga mengeluarkan batu dan lumpur yang menyebabkan kerusakan sedikitnya pada lima daerah kawasan pemukiman penduduk setempat. (Laporan: Eri Naldi | Padang, umi)
0 komentar:
Posting Komentar
Saya Berharap Komentar/ kritik yang membangun oleh Rekan-rekan yang mengunjungi blog ini, Agar dapat lebih baik. Terimakasih