blog-indonesia.com

5 Feb 2010

Moral Remaja

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu tugas perkembangan remaja adalah perkembangan moral. Moral merupakan penanda kepribadian seseorang. Apabila seseorang memiliki moral yang baik maka ia akan memiliki kepribadian yang baik. Tapi, jika individu memiliki moral yang buruk maka ia memiliki kepribadian yang buruk pula.
Sebagai orang tua dan guru harus mengetahui bagaimana perkembangan moral remaja seharusnya. Orang tua dan guru harus tahu bagaimana menghadapi dan mengembangkan moral remaja ke arah yang lebih baik.
Hal itu disebabkan karena pada masa remaja terjadi keadaan yang labil, sehingga remaja harus mampu menentukan mana hal yang baik dan buruk sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku berdasarkan suara hati.
Jika remaja tidak mampu mengendalikan diri maka remaja akan terjerumus kea rah yang salah atau tindakan immoril. Pada masa remaja sering terjadi seks bebas yang akan menghancurkan masa depan remaja. Hal tersebut terjadi karena kurangnya bimbingan dan pengetahuan remaja tentang seks. Oleh sebab itu, guru dan orang tua sangat berperan penting dalam membimbing remaja berhubungan dengan teman lawan jenis.

B. RUMUSAN MASALAH
Pada makalah ini akan dibahas tentang :
1. Apakah pengertian dari moral ?
2. Apakah kekhasan perkembangan moral remaja?
3. Apakah bentuk salah satu tindakan immoral pada remaja ?
4. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja?
5. Apakah usaha guru dan orang tua dalam mengembangkan moral remaja?



C. TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bentuk tingkah laku moral remaja, fenomena kenakalan moral remaja serta bagaimana guru dan orang tua menghadapi dan mengatasi masalah moral remaja atau tindakan immoral pada remaja.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Moral
Elizabeth B. Hurlock (1999:74) mendefinisikan moral sebagai bentuk tingah laku yang sesuai dengan aturan-aturan kelompok social. “Moral” berasal dari kata “mores” yang berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Sikap yang bermoral dikendalikan atau didasari oleh konsep-konsep atau pengetahuan-pengetahuan tentang moral yang telah menjadi pegangan atau panutan bagi kelompok sosial di mana individu tersebut berada.
Moral adalah kebiasaan atau aturan yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Moral merupakan seperangkat aturan yag menyangkut baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, benar atau salah, dan tidak bertetangan dengan hati nurani dalam menjalani kehidupan sosial.
Berdasarkan pengertian di atas, terdapat empat hal pokok yang berkaitan dengan moral, yaitu : mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya seperti aturan hokum, kebiasaan kelompok sosial; mengembangkan hati nurani; mempelajari untuk merasakan malu atau bersalah jika sikap individu tidak sesuai dengan aturan yang ada pada kelompok sosial; dan belajar berinteraksi sosial untuk mempelajari moral yang ada dalam kehidupan kelompok sosial.
Seorang remaja yang beranjak dari masa kanak-kanak harus mengganti konsep-konsep moral pada masa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku pada kehidupan sosial di mana ia berada seiring dengan perkembangan pola pikir remaja. Remaja harus mampu mengendalikan dirinya dan bertanggung jawab atas semua yang ia lakukan. Karena pada masa kanak-kanak, tanggung jawab tertumpu pada orang tua sebagai lingkungan terdekat. Sedangkan pada masa remaja segala yang remaja lakukan harus memikirkan baik dan buruk atas perbuatannya serta remaja harus mampu mempertanggung jawabkannya.
Baik remaja laki-laki maupun remaja perempuan harus mampu mempertimbangakan sikap positif atau negatif, baik atau buruk, dan mempertanggung jawabkan sikapnya berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang ia miliki tanpa terlepas dari hati nurani.
Perasaan moral adalah perasaan puas dialami remaja setelah ia melakukan suatu perbuatan. Apakah perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang benar atau salah menurut hati remaja tersebut.

B. Kekhasan Perkembangan Moral Remaja
Perkembangan moral remaja berbeda dengan perkembangna moral periode anak-anak. Elida Prayitno (2006:106) mengemukakan penyebab perbedaan tersebut, yaitu :
a. Meningkatnya kemampuan kognitif dari berpikir konkrit menjadi berpikir abstrak atau formal. Remaja mampu memahami permasalahan-permasalahan yang ia hadapi sesuai dengan moral-moral yang ia miliki. Remaja menganalisa setiap permasalahan yang ia hadapi, terutama permasalahan moral.
b. Remaja memperoleh kemampuan untuk memahami bahwa peraturan-peraturan itu dubuat manusia atas persetujuan semua orang adlah bersifat ideal untuk kesejahteraan hidup. Remaja berusaha untuk mematuhi peraturan-peraturan yang ada terutama aturan Tuhan. Remaja sangat mengharapkan aturan tersebut dipatuhi oleh setiap orang, remaja akan memberontak jika terjadi pelanggaran terhadap aturan-aturan yang ada.
Remaja berada pada taraf perkembangan moral otonom. Sebagaimana yang diojelaskna Piaget dalam Tim PPD (2006:114) bahwa remaja akan menjalami hokum berdasrakan kesepakatan bersama. Moral akan berjalan sesuai dengan kesadaran masyarakat. Moral dibentuk demi kebahgiaan dan kesejahteraan kehidupan. Remaja menyadari bahwa pelanggaran moral itu akan diberi sangsi sesuai denga kesalahan yang dilakukan. Sangsi moral dapat dilihat dengan kasat mata, namun ada juga secara abstrak seperti sangsi berupa dosa.
Semakintinggi kemampuan kognitif remaja, semakin tinggi pemahamannya terhadap moral. Sehingga remaja akan menuntut kepuasan dan ketentraman hidup serta keadilan.
Sedangkan menurut teori belajar sosial, moral terbentuk dari hasil interaksi individu dengan lingkungan. Moral akan tercipta baik jika individu berinteraksi dengan lingkungan yang baik juga.
Remaja akan meniru moral lingkungan sekitarnya, remaja akanj mudah meniru lingkungan terdekat yaitu lingkungan keluarga dan guru. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus memiliki moral yang baik dihadapan remaja.
Beberapa kecenderungan moral yang terlihat pada usia remaja menurut Yudho Purwoko (2001:30) adalah :
1. Self- directive, taat beragama berdasarkan pertimbangan pribadi;
2. Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa kritik;
3. Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama;
4. Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral;
5. Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral masyarakat.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Remaja
Elida Prayitno (2006: 109-112), menjelasakan tentang faktor-faktor perkembangan remaja yaitu :
1. Orang Tua dan Guru Sebagai Model
Remaja pria maupun wanita meniru tingkah laku orang tua yang sama jenis kelaminnya karena remaja ingin seperti orang tua. Anak laki-laki ingin seperti ayah dan anak perempuan ingin seperti ibunya. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus memiliki nilai moral yang baik dan motivasi yang tinggi. Karena remaja akan menghubungkan dengan lingkungan aspek-aspek yang dilihatnya dari orang tua sehingga timbulah tingkah laku remaja.
Teori psikoanalisa mengatakan bahwa perilaku muncul karena adanya rasa bersalah pada diri remaja. Untuk keluar dari kesalahan tersebut, remaja harus melakukan tingkah laku yang bermoral yang ditiru dari tingkah laku orang tua dan guru.
2. Disiplin Yang Dilakukan Orang Tua
Apabila orang tua menerapkan sisem disiplain dengan memberikan alasan mengapa sesuatu boleh atau tidak boleh dilakukan maka tingkah laku aau moral remaja akan tercipa dengan baik. Namun, jika orang tua bersifat otoriter dalam menjalankan disiplin maka remaja akan memiliki moral yang lemah. Hal ini disebabkan seiring dengan perkembangan kognitif remaja.
Remaja pria yang tidak memiliki ayah cenderung lemah moralnya dibandingkan dengan remaja yamg tinggal dengan ayahnya karena ayah dapat memberikan arahan moral secara langsung dan peranan disiplin ayah akan terancam jika digantikan oleh ibu.
Hubungan antara moral remaja denga disiplin orang ua adalah sebagai berikut :
• Orang tua yang menonjolkan disiplin dalam keluarga, dapat melemahkan perkembangan moral remaja.
• Orang tua yang mengakkan disiplin penarikan cina akan menimbulkan moral yang buruk.
• Orang tua yang menerapkan disiplin induksi akan menciptakan moral remaja yang baik.
• Disiplin yang dilakukan ayah jarang mempengaruhi perkembangan moral remaja.
• Perasaan kasih sayang dan kelembutan akan menimbulkan moral positif bagi siswa.
3. Interaksi Dengan Teman Sebaya
Interaksi dengan teman sebaya dan kemampuan bermain peran merupakan wujud dari penguasaan role taking. Remaja yang memiliki role taking baik akan merasakan perasaan temannya yang sedih karena mendapatkan nilai yang rendah. Perasaan tersebut akan mempengaruhi pola pikirnya, sehingga remaja tidak akan menyakitkan hati temannya tersebut.
Dengan meningkatnya interaksi dengan teman sebaya, maka kemampuan role taking remaja akan meningkat dan perkembangan moral akan semakin baik.

D. Tindakan Immoril Pada Remaja
1. Pengertian Immoril
Berdasarkan kenyataan yang kita lihat, tidak semua remaja mampu menghadapi peralihan moral dari masa kanak-kanak ke masa remaja untuk menuju kedewasaan. Ketidakmampuan remaja tersebut akan menimbulkan tindakan-tindakan moral yang menyimoang atau disebut juga tindakan immoral.
Kartini Kartono (1990:235) dalam bukunya “Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan)” mendefinisikan immoral sebagai “ Tindakan yang asusila dan sangat mencolok mata, sehingga ditolak oleh masyarakat”.
Beberapa ciri-ciri individu yang immoril adalah :
a. Kurang terkendalinya rem-rem psikis oleh hati nurani dan tidak berfungsi atau melemahnya sistem pengontrolan diri oleh rendahnya kemauan.
b. Kurang adanya pembentukan karakter pada individu.
Tindakan immoral sangat merugikan diri sendiri dan orang lain. Remaja yang seharusnya dihargai oleh teman sebaya menjadi hina di mata teman sebaya. Remaja semestinya mengikuti pendidkan layaknya remaja yang lain menjadi pemalas dan melawan kepada orang tua dan guru. Remaja tidak mengindahkan peraturan-peraturan dan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan.


2. Fenomena Seksualitas Pada Remaja
Pada masa remaja mulai tertarik kepada lawan jenis. Remaja ingin mengetahui tentang seks. Sehingga remaja mencari informasi yang lebih banyak tentang seks. Remaja dapat memperoleh informasi dari majalah, buku, berita, seminar yang berhubungan dengan free seks, atau diskusi dengan teman-teman. Informasi dari orang tua kurang atau jarang sekali didapatkan remaja karena kesibukan orang tua terhadap pekerjaan dan kurangnya kesadaran orang tua tentang hal itu.
Remaja perempuan ingin sekali mengetahui tentang keluarga berencana, pil anti hamil, aborsi, dan lain-lain. Remaja laki-laki ingin mengetahui tentang penyakit kelamin, onani, alat kontrasepsi, dan lain-lain.
Remaja yang kurang mendapatkan bimbingan dari orang tua dan guru, baik bimbingan agama maupun bimbingan tentang perkembangna seks, maka remaja tidak akan mampu mengontrol nafsu seksualnya sehingga terjadi pergaulan bebas (free seks).
Kematangan seksual pada remaja laki-laki maupun perempuan akan diekspresikan kepada lawan jenis yang bersifat romantis dan adanya keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dari lawan jenis.
Perkembangan minat terhadap lawan jenis yang disebut heteroseksualitas mengikuti pola tertentu. Minat pada lawan jenis juga sangan dipengaruhi pola minay di antara teman-teman remaja. Kalau mereka berminat dalam kegiatan yang melibatkan kedua jenis seks maka remaja juga harus dapat memlihara status dalam kelompok sebaya.
Pada generasi lampau, kesempatan untuk berpacaran bagi remaja tidak ada. Remaja diatur oleh aturan dan tradisi yang sangat dijunjung oleh masyarakat. Pacaran merupakan bentuk tingkah laku menyimpang disaat itu. Remaja yang menyimpang tidak akan memperoleh dukungan dari kelompok sosialnya. Berkencan pada zaman dahulu harus seizin orang tua dan di bawah pengawsan orang tua. Remaja menjujung tinggi nilai-nilai moral yang ada. Remaja laki-laki berpakaian rapid an bersopan santun dalam bertamu ke rumah perempuan. Bersentuhan saja mereka tidak berani, apalagi berciuman. Walaupun sudah bertunangan, remaja tidak diizinkan untuk berciuman.
Berbeda halnya dengan remaja sekarang, berpelukan dan berciuman di depan umum merupakan hal yang biasa. Tindakan immoral tersebut sudah menjadi “khas” kaum remaja sekarang. Tidak hanya terjadi pada remaja perkotaan yang hidup penuh dengan keglamouran tapi remaja pedesaan tidak terlepas dari tindakan immoral tersebut.
Hal tersebut terjadi karena kurangnya rasa tanggung jawab orang tua terhadap remaja. Remaja sendiri merasa telah mampu mengatur dirinya sendiri, sehingga tidak diherankan kalau remaja yang berusia tiga belas tahun sudah berani berkencan.
Elizabeth B. Hurlock (1980:228) menjelaskan alasan-alasan remaja berkencan, yaitu :
1. Hiburan
Remaja menginginkan agar pasangannya mempunyai berbagai keterampilan social yang dianggap penting oleh kelompok sebaya, yaitu sikap baik dan menyenangkan. Remaja laki-laki diharapkan “tajir” oleh pasangannya.
2. Sosialisasi
Agar tetap terlibat dalam kegiatan sosial, maka remaja harus berkencan dalam melakukan kegiatan sosial.
3. Status
Pasangan tetap akan memiliki citra positif pada kelompok sosial.
4. Masa Depan
Remaja berkencan untuk memikirkan kehidupan masa depan. Remaja berkencan untuk memikirkan rencana pernikahan.
5. Pemilihan Teman Hidup
Remaja yang memilki minat pendidikan yang rendah, memilih untuk berkencan guna mencari pasangan yang akan menjadi pendamping hidupnya. Namun, remaja salah dalam cara memilih, remajamau berhubungan yang melewati batas dengan teman kencannya untuk mengenali pasangannya lebih jauh.

Dengan adanya pasangan tetap akan memberi peluang besar pada remaja untuk melakukan hubungan seksual secara bebas. Remaja akan mengenali pasangannya secara dini. Pendirian asrama atau kos-kosan yang tidak dtempati oleh pemiliknya akan memancing remaja untuk melampiaskan nafsu seksualnya. Remaja laki-laki diizinkan masuk ke rumah atau kamar pasangannya, begitu juga sebaliknya. Seks bebas akan terjadi jika kelompok sebaya mendukung untuk berkencan. Apalagi pendapat mengenai benar atau salah mengenai perilaku seksual menyertai perubahan sikap. Pengungkapan cinta merupakan tindakan baik dan melakukan hubungan seksual sebagai bukti cinta menurut remaja tidak salah.
Hal itu dapat kita lihat pada remaja-remaja yang tinggal jauh dari orang tua dan belum mencapai usia yang pantas untuk meninggalkan pendidikan.
Kartini Kartono (1990:235-236) menyatakan bahwa tindakan immoralitas pada remaja didorong oleh kebutuhan untuk memuaskan nafsu seksual. Pada remaja perempuan, tindakan immoral diransang oleh pemanjaan diri dan kompensasi terhadap kelabilan jiwanya. Remaja perempuan merasa tidak senang, kecewa, dan ingin berontak terhadap lingkungannya. Hal tersebut disebabkan oleh :
1. Kegagalan di sekolah, tidak mampu berprestasi, konflik dengan teman atau guru.
2. Konflik dengan orang tua dan keluarga.
3. Merasa kecewa dan tidak puas dengan keadaan diri dan kecewa.
4. Disharmuni dan disintegrasi dalam konstitusi keribadian sehingga muncul konflik batin dan ketegangan emosional yang tak terbendung.
5. Remaja berada pada lingkungan broken home. Remaja kekurangan kasih sayang dari orang tua dan lingkugannya.
6. Remaja berontak dan ingin menuruti kemauan sendiri karena merasa telah dewasa dan mampu bertanggung jawab.

Berdasarkan keterangan di atas, remaja yang tidak mampu mengendalikan seksualitas kearah positif mudah dan akan terbiasa dengan immoral. Kebiasaan seks bebas (free seks) akan mengarahkan remaja ke dunia narkoba dan kumpul kebo. Karena remaja yang tergabung dalam kelomok free seks disebut kumpul kebo. Pada kesempatan itulah anggota kelompok berkenalan dengan narkoba. Remaja akan lupa dengan semua aturan-aturan yang mengikat sikap dan tingkah laku mereka. Pengkonsumsian narkoba akan menyebabkan remaja ketagihan dan akan menggunakannya berulang-ulang sehingga narkoba akan mengontrol sistem saraf pengkonsumsinya.
Pegkunsumsian narkoba yang berlebihan akan meningkatkan seksual remaja sehingga banyak terjangkit HIV/AIDS pada remaja. Menurut keterangan para ahli, virus HIV/AIDS akan menyerang keturunan. Sangat disayangkan, karena ulah orang tua di masa remaja akan menghancurkan masa depan anaknya.
Begitu juga di mata Tuhan, betapa besar dosa yang telah dilakukan remaja dalam menikmati masa remajanya. Nafsu telah menguasai akal dan hati remaja sehingga remaja terjerumus ke jalan setan. Remaja tidak menyadari bahwa belum tentu pasangannya itu akan menjadi teman hidupnya nanti. Apalagi pada remaja perempuan yang telah dinoda oleh pasangannya yang tidak bertanggung jawab.
Remaja telah merusak nama baik keluarga di mata masyarakat dan menanam dosa di sisi Tuhan. Keluarga akan dicap masyarakat sebagai keluarga tak bermoral dan tidak bertanggung jawab terhadap moral anak.
Bagi remaja itu sendiri, free seks telah menghancurkan masa depan mereka dan merusak citra diri di mata teman sebaya. Remaja akan menjadi pendiam dan menarik diri dari lingkungannya.





E. Upaya Guru dan Orang Tua dalam Mengembangkan Moral Remaja
1. Memperkenalkan pengetahuan agama.
Moral tidak terlepas dari pengetahuan agama. Remaja harus diberi pengetahuan tentang nilai-nilai moral yang diatur dalam agama sehingga remaja memiliki pegangan hidup.
2. Memperkenalkan nilai moral yang berlaku.
Guru dan orang tua memperkenalkan kepada remaja tentang nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Nilai-nilai agama, hukum, dan adat.
3. Menunjukkan sikap yang penuh kasih.
Guru dan orang tua harus menunjukkan sifat kasih sayang kepada sesama terutama kepada remaja. Sehingga remaja akan meniru apa yang dilakukan guru dan orang tua. Dalam hal ini guru dan orang tua sebagai model dalam bersikap.
4. Membangkitkan kata hati.
Dalam bersikap kata hati merupakan panduan yang benar. Keadaan yang benar dan buruk dapat dipercaya melalui kata hati.
5. Membina situasi sosial emosional yang bermoral.
Hubungan orang tua dan anak, anak dengan anak, ramah tamah, rasa kasih saying sangat mempengaruhi perkembangan moral remaja. Guru dan orang tua memberikan contoh yang baik dalam mendidik, dengan memberikan pujian dan teguran yang tidak menjatuhkan perasaan remaja.
6. Meningkatkan pandangan moral
Remaja dilibatkan dalam kegiatan tertentu yang bersangkutan dengan masalah moral. Sehingga remaja dapat menghindari diri dari tindakan immoral karena remaja tahu apa akibat dari yang akan ia lakukan.
7. Memberikan informasi tentang bahaya seks bebas dan narkoba bagi diri sendiri dan orang lain.
8. Membina bergaul dalam kelompok dengan lawan jenis. Guru membentuk kelompok belajar atau diskusi pada remaja sehingga tercipta hubungan yang positif pada remaja yang berlawanan jenis.
9. Membimbing siswa yang menyukai lawan jenis agar tidak terjadi perzinaan.
10. Membantu remaja mengembangkan diri berupa bakat dan minatnya sehingga remaja bertindak positif untuk megekspresikan cintanya kepada lawan jenis. Misalnya remaja akan semangat latihan atau belajar karena ingin menunjukkan kepada teman lawan jenisnya bahwa ia mampu berprestasi.
11. Orang tua hendaknya menerima teman remaja dan membina mereka dalam bergaul di rumah serta selalu mendampingi meraka.
12. Orang tua memperhatikan perubahan-perubahan pada remaja. Jangan biarkan remaja menyimpan masalahnya sendiri.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sebagai seorang remaja harus memiliki pengetahuan tentang moral yang akan menjadi pegangan hidup dalam bersikap. Dengan kemampuan berpikir abstrak remaja mampu menentukan mana hal yang baik dan buruk, pantas atau tidak pantas, benar atau salah.
Remaja yang tidak memiliki pengetahuan moral akan terlibat tindakan immoral yang akan meresahkan masyarakat umumnya dan akan menghancurkan masa depan remaj yang bersangkutan remaja tersebut khususnya.

B. SARAN
Orang tua hendaknya memberikan atau membimbing anak dari kecil dengan banyak ilmu pengetahuan tentang moral sehingga dalam menghadapi masa remaja yang labil, anak tidak canggung. Remaja akan bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya.Di samping itu, guru sebagai orang tua pengganti disekolah hendaknya membimbing remaja dalam menjalin hubungan dengan teman lawan jenis agar tidak terjadi penyimpangan moral yang akan merusak citra sekolah. Remaja harus diberi pengetahuan agama dan dibimbing dalam mengembangkan minat dan bakat sehingga remaja tidak memiliki waktu untuk bertindak immoral.
Oleh karena itu, orang tua dan guru harus menjadi model yang baik bagi remaja dan selalu memberikan kasih sayang yang penuh terhadap remaja.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan makalah ”Moral dan Free Seks Pada Remaja” dapat diselesaikan.
Penulisan makalah ini ditujukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas akhir semester pada mata kuliah Psikologi Perkembangan Remaja, jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penulisan makalah ini. Khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Psikologi Perkembangan Remaja yang telah memberikan masukan demi kelancaran penulisan ini. Kepada teman-teman yang menyumbangkan pikiran untuk kesejmpurnaan penulisan makalah ini, dan kepada orang tua yang selalu memberi dukungan kepada penulis demi sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan pada waktunya.


Padang, Juni 2008

Penulis,

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Darmojo Hendro. 1994. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : Universitas Terbuka.

Dahuri R. 2002. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB

Zulkifli Hilda. 2006. Isu Lingkungan. FMIPA UNSRI

0 komentar:

Posting Komentar

Saya Berharap Komentar/ kritik yang membangun oleh Rekan-rekan yang mengunjungi blog ini, Agar dapat lebih baik. Terimakasih

Silahkan Comments disini Gan

 
Design by Rahmat Ha Pe | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India