Bagi aliran ini “Education as Cultural Conservation”, pendidikan sebagai pemelihara kebudayaan. Karena dalil ini maka aliran essentialisme dianggap para ahli sebagai “Consetvative road to culture”, yakni aliran ini ingin kembali pada kebudayaan lama. Warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya berkehidupan manusia.
Essentialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Kebudayaan yang mereka wariskan hingga sekarang, telah teruji oleh segala zaman, kondisi dan situasi. Kebudayaan demikian, ialah esensia yang mampu pula mengemban hari kini dan masa depan umat manusia.
Kebudayaan-sumber itu tersimpul dalam ajaran para filosuf-, ahli pengetahuan yang agung, yang ajaran dan nilai-nilai ilmu mereka bersifat kekal, monumental.
Kesalahan dari kebudayaan modern sekarang menurut Essentialisme ialah, kecendrungannya bahkan gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang telah ditanamkan kebudayaan warisan itu. Fenomena-fenomena sosial-kultural yang tidak kita ingini sekarang, hanya dapat diatasi dengan kembali secara sadar melalui pendidikan, ialah kembali ke jalan yang telah ditetapkan itu. Hanya dengan masa depan kita, masa depan kebudayaan umat manusia.
Pemikir-pemikir besar yang elah dianggap sebagai peletak dasar asa-asas filsafat aliran ini, terutama yang hidup pada zaman klasik : Plato, Aristoteles, Democritus. Plato sebagai bapak objective-idealism adalah pula peletak teori-teori modern dalam Essentialisme Sedangkan Aristoteles dan Democritus, keduanya bapak objective-realisme. Kedua ide filsafat itulah yang menjadi latar belakang thesis-thesis Essentialisme.
Essentialisme merupakan paduan ide-ide filsafat Idealisme dan Realisme. Dan praktek-praktek filsafat pendidikan Essentialisme dengan demikian menjadi lebih kaya dibandingkan jika ia hanya mengambil posisi yang sepihak dari salah satu aliran yang ia sinthesakan itu.
Ide pokok idealisme berprinsip tentang semesta raya dan hakekat sesuatu.
Ide pokok realisme berprinsip realita itu ada jika independen terlepas daripada kesadaran jiwa manusia.
A. Pandangan Ontologi Essentialisme
1. Sintesa ide Idealisme dan Realisme tentang hakekat realita berarti Essentialisme mengakui adanya realita obyektif di samping konsep-konsep pre-determinasi, supernatural dan transcendental
2. Aliran ini dipengaruhi penemua-penemuan ilmu pengetahuan modern baik fisika maupun biologi (Isaac Newton dan Charles Darwin)
3. Penapsiran spiritual atas sejarah
4. Faham makrokosmos dan mikrokosmos
Tujuan filsafat ini ialah untuk membuka rahasia keunikan spiritual kepribadian yang lebih daripada sebagai fenomena alam melainkan sebgai subjek yang mampu mengadakan analisa ilmiah
B. Pandangan Epistemologi Essentialisme
1. Kontraversi Jasmaniah-rokhaniah
Konsekuensi kedua unsur rohani dan jasmani adalh realita kepribadian manusia. Untuk mengerti manusia, baik filosofis maupun ilmiah haruslah melalui kedua asas tersebut, dan approach rangkap itulah pula yang sesuai dalam pelaksanaan pendidikan
2. Approach Idealisme pada Pengetahuan
a. Kita hanya mengerti our own spiritual selves (Rokhani kita sendiri). Rasio manusia adalah bagian daripada raio Tuhan yang Maha Sempurna. Ini menurut profesionalisme.
b. Menurut T.H. Green, approach profesionalisme itu hanya melalui introspeksi. Padahal manusia tak mungkin mengetahui sesuatu hanya dengan kesadaran jiwa tanpa adanya pengamatan (sensation)
c. Bagi Hegel, substansi mental ini tercermin mental ini tercermin pada hukum-hukum logika (mikroskosmos), dan hukum alam (makroskosmos). Hukum dialektika berpikir, berlaku pula hukum perkembangan sejarah dan kebudayaan manusia (Teori dinamis)
d. Dalam filsafat religious yang modern, ada teori yang menyatakan bahwa apa yang menyatakan bahwa apa yang saya mengerti tentang sesuatu adalah karena resonansi pengertian Tuhan.
3. Approach Realisme pada Pengetahuan
a. Menurut teori Associationism
Teori ilmu jiwa asosiasi sesungguhnya dipengaruhi oleh filsafat Empirisme Jhon Locke. Pikiran/ide/isi jiwa adalah asosiasi unsure-unsur penginderaan dan pengamatan. Selain itu, juga menggunakan intropeksi yang dipakai oleh kaum idealis
b. Menurut teori Behaviorisme
Aliran behaviorisme berkesimpulan bahwa perwujudan kehidupan mental tercermin pada tingkah laku. Sebab manusia sebagai satu organisme adalah totalitas mekanisme yang ditentukan aspek-aspek : susunan syaraf, faal, pengalaman-pengalaman biologis. Bagi behaviorisme, istilah-istilah jiwa dan kesadaran dianggap istilah using yang membingungkan. Manusia ditentukan semata-mata oleh hukum alam, dan tidak seperti idealisme yang menyatakan bahwa manusia seluruhnya ditentukan hukum-hukum rohaniah.
c. Menurut teori Connectionism
Teori ini menyatakan semua makhluk, termasuk manusia terbentuk (tingkah lakunya) oleh pola-pola connections between (hubungan-hubungan antara) stimulus dan respons. Hukum utama yang menentukan proses ini ialah “the law of exercise” dan “the law of effect”. Hukum latihan berarti bahwa frekuensi dan recency (baru, waktu yang terakhir) latihan akan memperkuat hubungan-hubungan stimulus response itu. Dan hokum efek, ialah bahwa individu cenderung untuk mengulangi response yang menyenangkan dan mengurangi response yang berakibat tidak menyenangkan.
Connectionisme merupakan dasar-dasar yang kuno dalam behaviorisme dengan teori-teorinya, yaitu :
- Menekankan aspek hereditas dan tingkah laku lebih daripada aspek lingkungan, terutama kemampuan intelegensi
- Menganggap urgen perasaan tentang rasa sakit, yang menentukan response seseorang atas suatu rangsangan
- Masih menggapai istilah thinking, consciousness, mind sebagai suatu realita dalam tingkah laku manusia
4. Tipe Epistemologi Realisme
a. Neorealisme
Pengetahuan diterima dan ditangkap lansung oleh pikiran dari dunia realita. Itu sebabnya neorealisme menafsirkan badan sebagai respon khusus atas ransang yang berasal dari luar dengan sedikit atau tanpa proses intelek
b. Critical realisme
Media antara intelek dengan realita adalah seberkas penginderaan dan pengamatan. Pengetahuan disuguhkan kepada intelek (sadar tahu) melalui proses pengamatan itu.
C. Pandangan Aksiologi Essentialisme
1. Teori Nilai menurut Idealisme
a. Etika Determinisme
b. Teori Sosial Idealisme
Idealisme manusia adalah manifestasi dari keanggotaannya dalam suatu masyarakat pribadi yang spiritual yang diperintah oleh Tuhan sendiri.
c. Teori Estetika Idealisme
Kant mengajarkan : Bahwa manusia menikmati “disinteterest pleasure” (kesenangan yang tulus ikhlas) dalam objek keindahan, dan melupakan keterbatasan pengamatannya. Dan manusia dengan itu sesaat berada dalm kesatuan abadi, Karena keindahan itu bersumber dari Tuhan yang Maha Indah.
Idealisme juga mengakui bahwa keindahan suatu objek terjelma dari keadaan yang tidak indah, dari kegiatan pengalaman sehari-hari sebagai jodoh dari pola-pola harmonis ilmiah
2. Teori Nilai menurut Realisme
a. Etika Determinisme
Semua unsure termasuk manusia adalah dalam satu mata rantai yang tak berakhir dalam kesatuan hukum kausalitas. Seseorang tergantung seluruhnya pada ikatan sebab-akibat kodrati itu dan yang menentukan keadaannya sekarang, baik atau buruk.
Perry, tokoh realisme menganggap nilai sebagai obyek interest individu, suatu teori nilai yang amat mempengaruhi Progresivisme. Dengan demikian, sesuatu itu baik, tingkah laku baik, sesuai dengan minat individu
b. Teori Sosial Realisme
Bahwa ekonomi memerlukan hokum-hukum bagi proses pemasaran perdagangan; social memerlukan struktur organisasi lembaga-lembaga social. Dan politik memerlukan ilmu olitik, pengetahuan tentang kelompok-kelompok social dan kekuatan-kekuatam massa, partai. Tetapi teori ini tidak memberikan asas-asas moral , asas normative bagi cita-cita dan tingkah laku ideal dalam bidang-bidang social, ekonomi, politik. Teori ini hanya menganalisa berdasarkan realita adanya, secara ilmiah yang netral.
c. Teori Estetika Realisme
Realisme menyatakan bahwa seni meliputi kedua jenis realita, yakni keindahan dan kejelekan. Pada prinsipnya tujuan seni ialah membuka tabir kehidupan untuk lebih dimengerti, dihayati baik positif maupun negatif
D. Implikasi Aliran Essentialisme terhadap Pendidikan
1. Teori Korespodensi sebagai dasar
Aliran essentialisme menganggap belajar juga sebagai masalah ontologi (verifikasi kodrat realita yang kita pelajari), epistemologi (realibilitas pengetahuan yang dipelajari) dan axiologi (nilai dari realita dan pengetahuan itu).
Proses belajar adalah melatih daya jiwa yang potensial sudah ada dan proses belajar sebagai proses absorption (menyerap) apa yang berasal dari luar. Yaitu dari warisan-warisan sosial yang disusun di dalam kurikulum tradisional dan guru berfungsi. Dari segi pendidikan, belajar adalah proses korespondensi.
2. Teori Belajar menurut Idealisme
a. Mikrokosmos sebagai subyek
Idealisme sebagai filsafat hidup cenderung mulai dengan manusia sebgai pribadi, sebagai subyek. Subyek bergerak dengan understanding dunia obyektif. Dengan istilah ontologi, dikatakan bahwa mikrokosmos adalah mengerti makrokosmos.
Pendidikan ialah proses melatih daya-daya jiwa (faculties) seperti : pikiran, ingatan, perasaan, baik sebagai memahami realita, nilai-nilai, kebenaran, baik sebagai warisan sosial (kebudayaan), maupun sebagai makrokosmos (alam semesta)
b. Makrokosmos sebagai dasar
Individu memerlukan dasar dalam mana kehidupan sejahtera dan dan harmonis diwujudkan didalam masyarakat dan alam (makrokosmos). Tujuan belajar untuk mengerti pribadi dengan semesta dengan segala konsekuensinya
3. Teori Belajar menurut Realisme
a. Pengaruh Thorndike
Belajar adalah penyesuaian dengan lingkungan dalam pola stimulus dan respon
b. Proses belajar menurut Realisme
Proses belajar ialah hubungan antara pribadi dengan lingkunga
4. Kurikulum Essentialisme
Belajar adalah proses aktif pribadi untuk mengerti dan menguasai “sesuatu”. Materi/isi yang dipelajari itu ialah yang tersimpul dalam istilah kurikulum.
a. Kurikulum Idealisme
- Ulich menekankan “`core-curriculum” termasuk bahasa asing dalam rangka antara hubungan internasional yang lebih erat dan luas dalam masa depan (religious untuk pemahaman semesta raya)
- Home menganggap kurikulum pada dasrnya harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak
- Demiashkevich berpendapat bahwa fungsi sekolah terutama sebagai pusat “intelectual training” dan “character building” secara formal diciplin (latihan daya jiwa yang sudah ada sebagai hereditas)
b. Kurikulum Realisme
- Bagley menganggap bahwa kurikulum terdiri atas serangkaian bahan yang mulai dari sederhana (berhitung dan bahasa) sampai kepada yang kompleks
- Thorndike dan Bobbit menekankan kurikulum bagi persiapan tugas anak di dalam kehidupannya.
- Morrison, mengapproach pembinaan kurikulum dengan prinsip-prinsip hukum alam.
c. Peranan Sekolah menurut Essentialisme
Penganut Idealisme barangkali dipengaruhi oleh Rousseau yang menafsirkan demokrasi sebagai perpaduan spiritual pribadi-pribadi suatu bentuk super-person. Sedangkan penganut Realisme memandang demokrasi dalam arti kebebasan individu sebagai lambang kemajuan dalam evolusi makhluk-makhluk.
Tanggung jawab yang tepat utama daripada pendidikan ialah “membina kembali tindakan mengoperkan kebudayaan, warisan sosial, dan membina kemampuan penyesuaian diri individu kepada masyarakat” dengan menanamkan pengertia tentang fakta-fakta, kecakapan-kecakapan dan ilmu pengetahuan
Rujukan
Syam, Muhammad Noor. 1986. Filsafat kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional
0 komentar:
Posting Komentar
Saya Berharap Komentar/ kritik yang membangun oleh Rekan-rekan yang mengunjungi blog ini, Agar dapat lebih baik. Terimakasih