blog-indonesia.com

17 Nov 2009

ALAT UKUR HASIL BELAJAR DAN KLASIFIKASI ALAT UKUR BELAJAR DITINJAU DARI BERBAGAI SEGI

Secara garis besar alat penilaian dapat diklasifikasikan atas 2 bagian, yaitu :
1. Tes
2. Non tes

Kedua jenis ini saling membantu dalam menyediakan informasi untuk mengungkapkan, menjelaskan maupun menerangkan tentang suatu kejadian dan kegiatan pendidikan.

Perbedaan yang prinsip antara tes dan non tes terletak pada jawaban yang diberikan. Dalam suatu tes hanya ada dua kemungkinan (1) benar atau (2) salah. Apabila seseorang yang diuji (examinee) tidak menjawab sesuai dengan kuncinya, maka ia akan salah. Sedangkan untuk non tes, tidak ada jawaban benar atau salah. Semuanya tergantung pada keadaan seseorang.

A. TES
Tes hendaklah dirancang secara baik, dan mempunyai hubungan erat dengan tujuan kegiatan belajar-mengajar, baik sebagai aspek yang ingin diukur maupun sasaran yang ingin dicapai.

1. Pengertian
Menurut E. Brown (1961), pada prinsipnya suatu tes merupakan suatu prosedur sistematis untuk mengukur tingkah laku seseorang. Tes yang baik harus mampu mengukur apa yang akan diukur (aspek validitas) dan konsisten atau terandal dalam mengukur apa yang akan diukur (aspek reliabilitas). Disamping syarat utama tersebut, suatu tes hendaklah objektif, praktis, mempunyai norma, dan diskriminatif.

Tes adalah suatu prosedur yang sistematis untuk mengukur tingkah laku seseorang atau sutu pengukuran yang bersifat objektif mengenai tingkah laku seseorang sehingga tingkah laku tersebut dapat digambarkan dengan bantuan skala atau dengan sistem kategori. Dalam gambaran itu akan dapat dibandingkan individu yang satu dengan individu yang lain.

2. Jenis – jenis Tes
Secara sederhana jenis-jenis tes dapat dibedakan menjadi :
a. Dari segi materi yang diukur, tes dapat dibedakan atas :
• Physical measurement (pengukuran karakteristik fisik), seperti physical fitness test, atau tes kesegaran jasmani.
• Psychological measurement (pengukuran karakteristik psikologik), seperti intelegence test, aptitude test, personality test, speed and accuracy test Kuder Preference Record-Vocational, Mooney Problem Checklist inventory, dan achivement test.

b. Dari segi bentuk pelaksanaannya, tes dibedakan atas :
 Tes tertulis (paper and pencil test)
 Tes lisan (oral test)
 Tes perbuatan (performance test)

c. Dari segi baku / tidaknya suatu tes, maka tes dapat dibedakan atas :
• Tes standard (standardized test)
• Tes yang belum standar, seperti tes buatan guru

d. Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya, maka tes dapat dibedakan atas :
♠ Tes karangan (essay type test)
♠ Tes objektif (objective type test)

e. Dari segi hakekat pengukuran itu sendiri, dimana adalah alat pengukuran untuk aspek-aspek tertentu, maka tes dapat ditujukan untuk mengukur :
 Maximum performance
 Typical performance

f. Klasifikasi lain dari tes dilakukan dengan menggunakan kriteria bagaimana hasil tes itu diinterpretasikan. Tes dapat dikelompokkan :
 Evaluasi berdasarkan berdasarkan acuan patokan (criterion referenced evaluation)
 Evaluasi berdasarkan acuan norma (norma referenced evaluation)

g. Kalau dikaitkan dengan fungsi tes sekolah, maka tes itu dapat dikelompokkan ke dalam :
• Tes formatif
• Tes sumatif
• Tes penempatan
• Tes diagnostik


h. Dari segi kepada siapa tes itu diberikan, maka tes dapat dikelompokkan ke dalam :
 Tes individual (individual test)
 Tes kelompok (group test)

i. Tes yang dilihat dari segi tingkat kesukarannya dapat dikelompokkan kedalam :
• Tes kecepatan (speed test)
• Tes kekuatan (power speed)

j. Apabila ditinjau dari penggunaan bahasa dalam tes itu maka tes dibedakan :
• Tes verbal
• Tes non verbal.


B. NON TES

Banyak teknik non tes yang dapat digunakan sebagai alat evaluasi pendidikan. Diantara


1. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas
a. Konstruksi item yang tidak tepat
b. Panjangnya/pendeknya instrument
c. Evaluasi yang subjektif akan menurunkan reliabilitas
d. Ketidaktepatan waktu yang diberikan
e. Kemampuan yang ada dalam kelompok
f. Luas/tidaknya sample yang diambil
g. Kondisi dan situasi pada pengadministrasian alat ukur.

2. Cara Menentukan Reliabilitas
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam menentukan reliabilitas alat ukur, yaitu :
a. Metode belah dua (Split-half method)
Dalam pelaksanaannya seorang pengetes hanya melakukan tes satu kali terhadap sejumlah peserta, sehingga tidak ada pengaruh/bias dari tes terdahulu.

b. Metode Tes-retest (Metode ulangan)
Dalam hal ini, tes yang sama diberikan dua kali kepada sejumlah subjek yang sama, dalam waktu yang berbeda.

c. Metode bentuk paralel
Bentuk ini dapat digunakan untuk memperkirakan reliabilitas dari semua tipe tes, tetapi koefisien yang dihasilkan oleh cara ini hanya akan menggambarkan ”Equivalence” antara kedua instrumen itu, atau hanya menunjukkan hubungan antara kedua tes itu.


C. PRATIKALITAS

Ciri-ciri tes yang memenuhi persyaratan pratikalitas :
1. Biaya yang digunakan tidak terlalu tinggi
Faktor biaya merupakan faktor yang tampaknya tidak penting tetapi perlu diperhatikan. Testing adalah sesuatu yang tidak mahal, namun kalau digunakan dengan cara yang tidak tepat akan mempengaruhi pelaksanaan tes itu. Sehubungan dengan itu akan lebih baik bila dirancang suatu tes yang dapat dipakai secara berulang-ulang sehingga akan menimbulkan penghematan dalam biaya.

2. Mudah diadministrasikan
 Alat ukur itu mudah diberikan kepada mahasiswa, dengan petunjuk yang jelas bagaimana cara mengerjakannya dan mudah dimengerti, sehingga dosen tidak perlu lagi memberikan penjelasan-penjelasan.
 Alat ukur itu mudah dilaksanakan dan waktu yang disediakan cukup dibandingkan dengan tingkat kesukaran alat ukur itu.
 Mudah dikumpulkan kembali setelah waktu yang tersedia untuk mengerjakan habis.

3. Mudah diskor
 Ada standar yang dapat digunakan sehingga hasilnya lebih homogen
 Siapa saja yang memeriksa kertas jawaban ujian dalam waktu yang berlainan, hasil/skornya tidak akan berubah
 Waktu yang digunakan untuk memeriksa hasil ujian itu tidak terlalu lama
 Pemeriksa hasil ujian itu tidak perlu orang yang ahli betul dalam bidang yang di tes itu.

4. Mudah diinterpretasikan
Skor yang didapat sebagai hasil dari pengukuran belum mempunyai arti kalau skor itu tidak diterjemahkan atau diinterpretasikan.

5. Waktu yang tepat dan tidak terlalu lama
Tes yang pengerjaannya memakan waktu terlalu lama akan membosankan dan sebaliknya tes yang terlalu cepat juga merugikan, walaupun tes itu mungkin power test atau speed test.


D. OBJEKTIVITAS

1. Pengertian
Salah satu syarat dalam menyusun suatu tes adalah objektivitas dengan manifestasinya. Dengan syarat ini seseorang diharuskan tidak melakukan penipuan atau berbuat bohong.

Pada suatu tes yang objektif, pengambil tes (testi) seharusnya memperoleh skor yang sama dari pemberi skor (skorer dan/tester) yang berbeda. Jadi, yang objektif itu adalah penilainya. Sebuah tes dikatakan bersifat objektif apabila dalam pelaksanaan, penilaian dan pengartian nilainya tidak tergantung pada penilaian subjektif dari satu pihak yang terkait dengan kegiatan tersebut.

2. Tipe Tes Objektif
Tipe-tipe tes objektif yang paling lazim adalah :
a. Tes berisi pertanyaan multiple choice, yaitu semua jawabannya bersifat khas dan telah ditetapkan sebelumnya.
b. Tes berisi pertanyaan true-false, yaitu semua jawabannya dalam pilihan benar-salah.
SUMBER BACAAN

violetatniyamani.blogspot.com/2007/09/teori-validitas.html -, diakses pada 25 Oktober 2009 pukul 09.51 WIB

yudhikris.blogspot.com/.../pengenalan-pada-tes-psikologis.html -, diakses pada 25 Oktober 2009 pukul 10.20 WIB

Yusuf, A. Muri. 1998. Dasar – Dasar dan teknik Evaluasi Pendidikan. Padang : FIP IKIP Padang

0 komentar:

Posting Komentar

Saya Berharap Komentar/ kritik yang membangun oleh Rekan-rekan yang mengunjungi blog ini, Agar dapat lebih baik. Terimakasih

Silahkan Comments disini Gan

 
Design by Rahmat Ha Pe | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India